Ada yang pernah memanggil kenangan masa lalu ke masa kini? Saya sering š
Saya kerap merindukan banyak hal dan kebiasaan yang dulu sering dilakukan, semisal ketika ibunda masih ada. Ibu saya tuh jadul banget kebiasaannya. Di pagi atau sore hari senang duduk menghadap meja bundar di ruang makan, menghadapi teko berisi teh panas, termos air panas, beberapa cangkir yang diletakkan menelungkup, dan kudapan kue atau roti tawar (Roti Sumber Hidangan yang legend itu dong), yang dilengkapi dengan selai kacang beserta palm suiker, atau selai coklat Crumpy, atau mentega dan muisjes merk Ceres.
Suasana seperti itu yang sering saya rindukan kembali. Ngobrol dengan mami, santai, gak dikejar waktu, gak bentarĀ² liat jam karena mau pergi. Sayangnya dulu saya gak terlalu sering melakukannya karena saya kuliah, lalu bekerja, dan berpikir bahwa itu kok seperti tamuĀ²an di rumah. Padahal kalau dipikir-pikir sekarang, itu menyamankan hati, dan menggembirakan, dan membahagiakan.
Sekarang ini terkadang saya masih melakukannya, bersama kakak perempuan saya. Kalau saya ke Jakarta ke rumahnya, ya begitulah, pagiĀ² duduk santai, ngobrol sambil ngeteh dan sarapan, sebelum pergi kemanaaa gitu ke tempat yang juga menyenangkan untuk jalanĀ² dan motretĀ². Alhamdulillah punya kakak yang juga seneng motret. Bersama dia, waktu berjalan dengan menyenangkan, tidak terbuang percuma, karena kalau ngobrol pun berbagi info, atau berbagi pengalamanĀ² yang menambah wawasan.
Hari ini, kakak saya datang ke rumah, sowan sebelum pulang kembali ke Jakarta. Saya gembira bisa memanggil kenangan masa lalu ke rumah saya. Jadilah “tamuĀ²an” di rumah, minum teh dari teko yang sudah disiapkan (tehnya dari Malang, cap Naga, enak banget), makan makaroni panggang (dulu mami juga sering bikin ini) dan pempek buatan sendiri, ngobrol soal tanaman dan perawatannya, soal kesehatan, soal krim penghangat untuk pijat dan obrolanĀ² lain yang menghangatkan hati.
Salah satu kenangan yang saya undang hadir siang ini adalah teko dan tutupnya yang terbuat dari busa. Saya ingat, dulu di rumah mami juga pakai tutup busa seperti itu, agar teh tetap hangat. Cuman saya gatau lagi, dimana penutup teko milik mami. Yang siang tadi saya pakai adalah yang saya beli tempo hari di toko langganan di Jawa Tengah. Pas liat, langsung jatuh cinta, dan teringat mami. Ya harus saya beli kalau sudah begitu š
Apa istimewanya penutup teh seperti itu? Keistimewaannya memang hanya bisa dirasakan, sulit diungkapkan, sebagai kenangan masa lalu yang dirasakan kembali saat ini. Pokoknya, hari ini, rasanya seperti liburan, tidur di losmen (bukan di hotel mewah) minum teh harum buatan Jawa Tengah atau Jawa Timur, mendengarkan suara cericit burung, sambil mengudap kudapan jadul.
Jadi, kebahagiaan kamu sesederhana minum teh di teras belakang rumah?
Iya, begitulah. Lha kan katanya, bahagia itu sederhana. Alhamdulillahi rabbil alamiin.
Mariii, menikmati tea time, dan merasa bahagia, di rumah saja.